Jumat, 10 Oktober 2014

Memories of You -Hari Pertama-

“Kyaaaaaaaaaaaa” Jeritan Rora yang melengking sontak mengagetkan Ibu, Ayah dan Kak Rasya yang sedang sarapan di ruang makan. Bagi semuanya jeritan itu sudah sangat familiar, karena hampir setiap pagi Rora yang selalu menyumbangkan suara merdunya itu untuk keluarga tercintanya. Suasana di Keluaraga Mahardika memang selalu menyenangkan, penuh kehangatan dan ramai. Hari ini adalah hari pertama Rora masuk ke SMA yang sama dengan Kak Rasya. 
“Kaaaaaaak, tungguin Rora ya jangan ditinggalin.” Teriak Rora dari kamarnya sambil bergegas memakai seragam SMAnya. 
“Nggak ah, kamu jalan sendiri aja kakak udah mau berangkat ini.” Ujar Rasya berbohong pada adiknya.
“Ibuuuuuu, Ayaaaah. Cegatin kak Rasya, tolong. 3 menit eh nggak  2 menit lagi Rora turun ke bawah.” Tak berselang lama Rora turun dengan tersenyum cerah, cerahnya benar-benar bikin silau. Dan seperti biasanya Rora selalu tampil cantik alami tanpa polesan make up tebal seperti anak ABG jaman sekarang dengan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai dengan cantiknya. 
“Ayo cepetan, hari pertama aja udah telat.” Pekik Rasya . 
“Iya maaf kak. Ayah Ibu, Rora berangkat sekolah dulu ya.” 
“Iya, hati-hati ya sayang. Semoga sekolahnya menyenangkan,” ucap Ibu sambil mengecup pipi putrinya. Sedangkan Rasya sudah menstater motor merah miliknya.
“Huweeeeeek.. Huweeek.. Ya ampun Kaaaaak. Rora mending naik angkot daripada nebeng kakak kalo ngebawanya kayak orang kesurupan gini.” Ujar Rora yang gemetaran setelah turun dari motor Rasya. 
“Salah siapa bangun telat, jadi harus ngeluarin jurus maut kan. Udah, tenang besok-besok kakak nggak ngebut lagi kok.” Ucap Rasya lembut pada Rora sambil mengusap pucuk kepalanya. 
“Hehe, iya iya maaf kak. Semalem Rora dapet tugas mendadak dari bos jadi baru tidur jam 2.” Jawab Rora dengan cengiran khasnya yang bikin Rasya gemas setengah mati. Sambil memegang pipi adiknya, 
“Kalo sampe bos kamu bikin adik kakak satu-satunya kekurangan tidur buat acara penting kayak gini, kakak nggak bakal diem aja.” Jawab Rasya yang sudah memasang tampang siap untuk tempur demi adiknya ini. 
“Hehe, iya iya kakaku sayang. Udah ya Rora mau masuk ke kelas sekarang. Ketemu lagi pas istirahat ya.”
Rora langsung bergegas mencari kelas yang menjadi kelasnya. Karena sebelumnya sudah diberitahukan oleh Seniornya pada waktu MOS, Rora sedikit mengingat arah menuju kelasnya. 
“1.8 1.7 1.6 1.5, nah pasti disanaaa. Aduh” Rora merasa telah menabrak sesuatu, langsung saja ia menoleh ke sesuatu yang baru saja dia tabrak. 
“Maaf ya, udah nabrak.” Ucap Rora sambil mundur beberapa langkah untuk menghindar dari sesuatu yang baru saja ia tabrak yang ternyata seorang cowok. 
“Pake matanya, masih pagi udah nabrak orang aja.” Jawab si cowok ketus sambil berjalan pergi. Waduh, belum masuk kelas udah diketusin aja sama murid sini. Semoga aja nggak sekelas sama cowok ketus nan dingin macam dia. Batin Rora. Rora pun melanjutkan langkahnya mencari kelasnya. Akhirnya Rora menemukan kelas yang akan ia tempati, kelas 1.2. Rorapun langsung mencari tempat duduk kosong yang memang tertinggal satu hanya untuknya karena bangku yang lain sudah penuh terisi oleh anak-anak yang kemungkinan besar datang lebih awal dari Rora.
Guru pun masuk ke kelas, dia adalah Ibu Katrina yang tak lain adalah wali kelas 1.2. “Pagi anak-anak. Perkenalkan, nama ibu Katrina Widiantoro. Ibu disini mengajar bahasa Inggris dan sekaligus menjadi wali kelas kalian. Ibu akan mengabsen nama kalian satu per satu, lalu kalian perkenalkan diri kalian masing-masing. Dimulai dari Antikasari, silahkan maju dan perkenalkan diri kamu.” 
Antika, wah nama yang cantik sesuai dengan orangnya ya. Batin Rora. “ Aurora, silahkan maju.” 
“ Hai teman-teman, namaku Aurora Mahardika tapi kalian cukup panggil Rora aja, makasih.” 
“Aurora Mahardika ya?? Uhmm, apa hubungan kamu sama Rasya Mahardika?” Tanya Bu Katrin. 
“Dia kakak saya bu.” Jawab Rora dengan senyum manisnya yang langsung disambut dengan senyuman oleh bu Katrin . “Benar-benar mirip kalian”
Sudah hampir semua anak maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri mereka masing-masing, tapi masih ada satu anak yang namanya disebutkan tapi tidak ada keberadaanya di dalam kelas. Tiba-tiba pintu kelas diketuk dan terbuka, ya benar saja yang masuk ke kelas Rora bukan lain adalah cowok yang tadi dia tabrak di depan kelas 1.5. Dunia memang sempit, benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh Rora. Huwaaa, kenapa itu cowok masuk kemari sih. Semoga aja salah kelas. Batin Rora yang mulai putus asa.
“Permisi, maaf bu saya masuk kelas telat. Tadi saya dipanggil ke kantor kepala sekolah.” 
“Oh, berarti kamu yang namanya Harsya Rahadirgantara ya?” 
“Iya bu.” Jawab Harsya singkat. 
“Baik, silahkan masuk.” 
Loh, loh loh kenapa tuh cowok jalan kemari? Huwaaa, ibuuu ayaah. Kenapa harus cowok ini lagi, jangan-jangan itu tasnya dia lagi. Batin Rora yang menjerit-jerit tak keruan. Tanpa sengaja mereka berdua bertemu pandang. Atmosfer diantara merekapun seketika  berubah.
Ya ampun ini namanya ketidakberuntungan beruntun buat hari ini. Huwaaa, cepetan istirahat  biar semua mimpi buruk ini bisa hilang atau setidaknya berhenti berputar. Ahh, mungkin tadi pagi berdoanya kurang khusyuk jadinya begini deh. Ratap Rora yang sibuk komat-kamit sendirian yang langsung mendapat tatapan aneh dari tetangga beda bangku. *Plak* Rora menampar pelan kedua pipinya, itu salah satu kebiasan yang dia lakukan untuk kembali fokus. Dan hal itu tak luput dari pandangan Harsya.
Bahasa Inggris merupakan pelajaran favorit dari Rora, dia menyukai eksplorasi berbagai macam bahasa yang ada. Apalagi bahasa Asia dan Eropa, benar-benar wilayah kekuasaan dari Rora. Entah bakat apa yang dia miliki sampai dia bisa menguasai bahasa-bahasa asing tersebut. Sekarang murid-murid yang lain tengah mengerjakan soal yang baru saja diberikan oleh Bu Katrin. Soal reading yang bacaanya sumpah bikin orang bisa kena stroke kalau kelamaan bacanya.
Tapi dengan waktu 30 menit, 80 soal tersebut dibabat habis oleh Rora. Harsya yang tergelitik oleh rasa penasaranya pun ingin bertanya tapi niat tersebut dia urungkan karena dia mengingat kejadian di lorong dan sewaktu dia ingin duduk di bangkunya. Bu Katrin yang tertarik dengan Mahardika ke 2 ini langsung datang menghampiri Rora yang tengah asyik merangkai kata-kata dengan bahasa aneh.
“Hallo, what are you doing young girl? Have you done your task” tanya Mrs. Katrin. “Eh, ibu. I’m not doing anything, of course I’ve done it.” Jawab Rora yang sempat terkejut dengan kedatangan bu Katrin.
“Coba, ibu mau lihat hasil kerja kamu.” 
“Sure Mrs” jawab Rora. Dan coba tebak, ternyata jawaban dari Rora tidak ada yang salah alias 80 soal dia kerjakan benar semua. Dan Bu Katrin hanya berkata sambil tersenyum.
“Ternyata adik dan kakak sama saja ya.” Dan yang dipuji malah cengar-cengir sendiri nggak jelas.
“Oke, pekerjaanya bisa kalian kumpulkan sekarang ke depan. Harsya tolong kamu kumpulkan tugas semua teman-temanmu juga ya.” 
“Yes, mom” jawab Harsya yang dangan sigap mengumpulkan tugas yang sedari tadi dikerjakanya. Harsya Rahadirgantara, kayak nggak asing sama itu nama. Tapi siapa coba? Duh, kok memory otaku limit banget sih. Keluh Rora dalam hati. Dilain sisi, Harsya juga memikirkan hal yang sama seperti Rora. Rora Mahardika, nama yang nggak asing. Tapi siapa coba. Gumam Harsya setelah mengumpulkan tugas bahasa inggris.

Setelah melewati 4 jam mata pelajaran, akhirnya Rora bisa menghirup udara kebebasan. Bebas dari cowok yang bernama Harsya yang bikin dia nahan napas gara-gara tatapan yang super tajam setajam silet dari si tetangga beda bangkunya itu. Setelah berhasil keluar dari kelas, tampat pertama yang dikunjungi Rora adalah kantin karena cacing perutnya sudah menabuh genderang perang sedari tadi. Rorapun berjalan menuju kantin, dan kebetulan sekali kak Rasya tengah mencarinya karena khawatir dengan adik tercintanya ini. Takut Rora nyasar mungkin, karena mengingat betapa besar sekolahan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar