“Hai, boleh kenalan sama kalian? Namaku Aurora
Mahardika, tapi cukup panggil Rora aja ya” sapa Rora dengan suara riang dan
senyum yang sangat manis, senyum yang membuat orang langsung jatuh hati
padanya. Begitu juga dengan ketiga cewek yang tadi disapanya, seketika hanya
bisa menatap Rora. Baru setelah beberapa saat salah satu dari mereka mulai menjawab.
“Namaku Ransasi Anandara, panggil aja Sasi ya Ro”
ucap Sasi sambil menjabat tangan Rora dan dengan senyum tentunya sebagai
permulaan dari persahabatan yang akan mereka jalin. Kemudian berlanjut dengan
cewek yang sedang membaca buku.
“Namaku Amanda Aishatira, tapi aku lebih seneng
dipanggil Shatira” jawab Shatira sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum
manis ke mereka berdua.
Dan cewek ketiga yang sedang sangat sibuk, dia
sedang memakan bekal dan juga membaca sebuah buku yang sangat menarik
perhatiannya yang akhirnya melempar cengiran dengan mulut yang masih penuh
dengan roti. “Oh hai, namaku Virenedita Alanis panggil Irene aja”
Seketika itu juga Shatira, Rora dan Sasi tertawa
melihat tingkah laku Irene yang seperti anak kecil yang tentunya bikin gemas
dengan pipinya penuh dengan roti yang dimakannya. Yang ditertawai hanya menatap
kearah ketiga calon sahabatnya itu dengan tatapan bingung dan memohon
penjelasan. Sasi lah yang menjelaskan dengan bahasa isyarat dengan
menggembungkan kedua pipinya sebesar yang dia bisa sambil menunjuk kearah Irene.
Sedetik kemudian, pecahlah tawa mereka berempat yang untungnya bagi Irene yang
telah menelan habis rotinya.
Entah kenapa Rora memiliki feeling bahwa mereka
akan sangat dekat nantinya, yah hanya sebuah feeling saja. Ketiga teman barunya
itu sangatlah unik dengan kelebihannya masing-masing. Dimulai dengan Shatira
yang memiliki tubuh jangkung dengan berwajah latin yang berasal dari darah
Ayahnya. Rambutnya ikal panjang dan dibiarkannya tergerai yang membuat sosoknya
seperti model di dalam lukisan Van Gogh. Hidungnya yang mungil dan mancung,
matanya yang bulat besar berwarna hazel serta bibirnya yang cukup menarik
membuat Shatira sudah memiliki penggemar di awal perkenalannya di kelas tadi.
Irene memiliki darah Inggris yang sangat kental
terlihat dari sosoknya yang di dapatkan dari ibunya. Irene memiliki rambut
pirang sebahu dengan di beberapa sisi memiliki warna coklat. Kulitnya putih dan
mulus. Irene bisa dibilang sangat cantik dengan warna mata biru sebiru lautan
yang membuatnya seperti peri laut. Memang tak setinggi Shatira yang kelewat
jangkung tapi tinggi mereka hanya berselisih beberapa centi.
Dan Sasi adalah sosok termungil diantara kami
berempat, yah karena bisa dibilang begitu karena postur badan kami yang tinggi.
Sasi memiliki darah Jepang dari ayahnya yang terlihat jelas dari mata dan
rambutnya. Matanya yang agak sipit tapi terlihat eksotis dengan rambut panjang hitam
lurus sangat lurus seperti habis di rebonding. Diantara kami berempat Sasi lah
yang memiliki kulit sangat putih dan mulus tanpa cela sedikitpun.
Dan Aurora sendiri memiliki darah Belanda dari
Neneknya. Rora memiliki wajah sangat sempurna, dengan lesung pipi menghiasi
pipi kanannya yang membuat setiap senyuman yang dia keluarkan terasa
menyilaukan. Rora memiliki rambut ikal panjang seperti Shatira tapi warna
rambut Rora hitam pekat dan sangat indah. Terkadang dia menguncir rambutnya dan
kadang digerainya rambutnya dengan menggunakan aksesoris rambut yang sangat
cantik. Kulit yang Rora miliki tidaklah putih, karena Rora mengambil kulit
ibunya yang orang Asia Tenggara. Namun perpaduan tersebut membuat Rora tampil
menarik dan memukau, yang tentunya tanpa disadari oleh pemiliknya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar