“Hey kiddo. Gimana pelajarannya? Ngomong-ngomong
wali kelas kamu siapa dek?” tanya Rasya penuh selidik sambil menyerahkan sebuah
kotak bekal berwarna biru kepada Rora. Rora terkejut karena sekarang di
tangannya ada sebuah kotak yang sangat familier baginya.
“Eh, ini kan kotak makanku kak. Ya begitu lah
pelajarannya, belum apa-apa udah ngerjain 80 soal. Bu Katrin kak wali
kelasnya.” Jawab Rora sambil membuka kotak makannya yang ternyata berisi bekal
yang tadi pagi lupa dia bawa. Dan dia sangat bersyukur melihat kotak berisi
bekalnya ini karena dia tengah didera kelaparan yang sangat hebat. Melebihi
hebatnya tsunami yang bikin Aceh porak-poranda. “Dih, bukan makasih udah
dibawain tuh bekal juga. Oh bu Katrin. Eh dia kan guru paling baik dan cantik
di sekolah kakak loh, kakak kan anak kesayangannya.” Sambil berjalan mereka
mencari tempat duduk untuk mengobrol dan tentunya tempat untuk Rora melahap
bekalnya.
“Ehehe, iya makasih kak Rasyaku sayang udah
dibawain nih bekalnya. Oh, iya dia bilang kalo kita itu mirip sambil
senyum-senyum ke aku tuh. Uhm, kakak kenal sama Harsya Rahadirgantara nggak?”
tanya Rora dengan mulut penuh makanan sampai-sampai dia di cubit oleh Rasya. Rasya
selalu gemas terhadap adiknya yang tidak sadar bertingkah sangat lucu yang
dapat membuat siapa saja jatuh hati padanya.
Seketika itupun ekspresi wajah Rasya yang tadinya
ceria berubah keruh. Tentu saja kakak
kenal dek, syukur kamu lupa sama dia. Ucap Rasya dalam hati. Melihat
kakaknya terdiam cukup lama, Rora melambaikan kedua tanganya
“Heeey kak, ditanya kok nggak ngejawab. Benar-benar nggak sopan nih. Eh iya aku mau ke perpustakaan dulu yaa. Ingeet, jangan ngikutin aku loh ya.” Jawab Rora yang sudah melenggangkan tubuhnya untuk bergegas menuju perpustakaan. “Ahh yaudah sana, nanti pulang kakak tunggu di pintu gerbang ya” balas Rasya tersenyum melihat tingkah laku adiknya tersebut.
“Heeey kak, ditanya kok nggak ngejawab. Benar-benar nggak sopan nih. Eh iya aku mau ke perpustakaan dulu yaa. Ingeet, jangan ngikutin aku loh ya.” Jawab Rora yang sudah melenggangkan tubuhnya untuk bergegas menuju perpustakaan. “Ahh yaudah sana, nanti pulang kakak tunggu di pintu gerbang ya” balas Rasya tersenyum melihat tingkah laku adiknya tersebut.
Rasya pun kembali memikirkan pertanyaan yang
dilontarkan oleh adiknya tadi.
“Apa ingatan Rora udah kembali? Tapikan Om Henry bilang itu mustahil kecuali,” Rasya tidak ingin memikirkan alasannya lebih jauh, karena hanya kengerian yang terlintas dipikiran serta benaknya. Serta merta dia berjalan menuju kelasnya sambil merengut dan komat-kamit tidak jelas.
“Apa ingatan Rora udah kembali? Tapikan Om Henry bilang itu mustahil kecuali,” Rasya tidak ingin memikirkan alasannya lebih jauh, karena hanya kengerian yang terlintas dipikiran serta benaknya. Serta merta dia berjalan menuju kelasnya sambil merengut dan komat-kamit tidak jelas.
Sesampainya di perpustakaan, Rora langsung
melihat-lihat koleksi buku yang dimiliki perpustakaan. Mulai dari buku
pelajaran yang memiliki tebal halaman lebih dari 1000 halaman yang sudah pasti
buku berbau Alam, kan nggak mungkin kalau buku tentang Politik dan
kawan-kawannya setebal itu? Apa yang mau dibahas lagi dan pastinya membosankan.
Dari satu rak pindah ke rak buku lainnya, akhirnya setelah cukup mengelilingi
hampir setengah ruangan perpustakaan Rora tertarik dengan 1 buku, buku yang
mengisahkan tentang seorang samurai di Negeri Jepang yaitu Musashi. Sebenarnya
banyak buku yang menarik minat Rora, namun sudah sangat lama Rora ingin membaca
kisah dari si Samurai tersebut yang sayangnya sampai sekarang belum kesampaian.
Tentu saja karena kerjaan Rora sebagai web designer
yang dia pelajari secara otodidak waktu SMP yang membuatnya memiliki
penghasilan sendiri yang terbilang cukup besar. Makanya kalo sedang dapat job
dadakan Rora akan begadang menyelesaikan kerjaanya itu. Setelah mengambil novel
Musashi, Rora duduk dibangku yang ada di tengah-tengah ruang perpustakaan.
Lumayan penuh, mungkin banyak murid baru yang suka membaca.
Nah, ini kebiasan buruk Rora yang susah hilang. Ketika
dia sedang asyik dengan satu hal, pasti dia melupakan sekelilingnya. Ternyata
orang yang sangat ingin dia hindari berada tepat di depan matanya saat ini. Dengan
santainya Rora duduk di depan Harsya. Baru setelah membaca beberapa halaman,
Rora mengamati dengan secara seksama. Rora ingin memekik kesal namun dia urungkan
niatnya itu mengingat berada dimana dia sekarang ini. Kenapa coba dari sekian banyak orang harus ketemu dia lagi, apa dunia
ini terlalu sempit? Nggak, dunia terlalu luas banget buat dibilang sempit! Sungut
Rora yang tentunya hanya sebatas dalam hati.
Dengan berisik Rora bangkit dari kursinya dan
seluruh mata tertuju padanya dengan tatapan kamu-nggak-tau-ya-kalau-ini-perpustakaan
dari anak-anak lainya yang dibalas dengan tatapan Iya, aku tau! Tentunya hanya
suara hati Rora yang berbicara,
“Nggak bisa baca peraturannya ya? Udah jelas dilarang berisik, masih aja ngelanggar” ucap Harsya dengan suara yang sangat tenang yang membuat Rora mendelikkan matanya karena kesal.
“Iya, aku nggak buta huruf tenang aja” jawab Rora dengan ketus. Setelah itu Rora mengembalikan Musashi ke tempat semula dan bergegas pergi.
“Nggak bisa baca peraturannya ya? Udah jelas dilarang berisik, masih aja ngelanggar” ucap Harsya dengan suara yang sangat tenang yang membuat Rora mendelikkan matanya karena kesal.
“Iya, aku nggak buta huruf tenang aja” jawab Rora dengan ketus. Setelah itu Rora mengembalikan Musashi ke tempat semula dan bergegas pergi.
“Ahhh… kenapa juga harus ketemu si siapa lah itu
namanya” sungut Rora yang sudah berada di luar perpustakaan. Dan entah harus
pergi kemana sekarang, karena jujur saja dia sendiripun juga tidak tahu harus
kemana. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kelas. Tak seperti yang dia
bayangkan, ternyata di dalam kelas tidak sepi. Ada beberapa siswi yang juga
menghabiskan waktu istirahatnya dengan memakan bekal di dalam kelas.
Ini adalah awal mula perjumpaan 4 orang cewek yang
tak saling kenal, yang tak saling memiliki hubungan darah. Yang mungkin memang dipertemukan dengan campur tangan Tuhan, siapa yang tahu akan hal itu? Hanya ada 3 orang cewek di kelas yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing, mungkin
keberadaan Rorapun tidak ada yang menyadari sebelum akhirnya Rora menyapa
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar