Senin, 05 Januari 2015

Hujan

Hujan dan  mendung. Merupakan pasangan yang sangat serasi, melebihi keserasian antara Pangeran Charles dan Kate Middleton. Dimana ada hujan selalu saja awan yang berubah mendung, sendu dan terlihat sangat menyedihkan bukan? Ah, memang selalu seperti itu. Dari dulu hingga sekarang tak ada yang berubah akan hal itu. Yang berubah hanyalah antara aku dan Dirga. Ya, aku dan Dirga. Bukan, tapi lebih kepada aku yang berubah.

Hai, namaku Narindia Lakshanti. Semua orang memanggilku Narin dan ada juga yang senang memanggilku Laksh. Yeah, itu terserah kepada mereka saja ingin memanggilku apa selagi itu masih namaku. Akan kupastikan aku akan menjawab panggilan itu.

 Masih sangat jelas dan segar ingatan akan pertemuanku dengan Dirga. Yeah, pujaan hatiku saat ini mungkin hingga nanti. Di waktu hujan turun sangat deras tak terkira, di saat itulah aku bertemu dengannya. Lucu bukan? Kenapa harus di saat hujan? Kenapa tidak di saat yang lainnya saja? Ah, pertemuan seseorang manusia itu memang tidak dapat diatur. Kapanpun dan dimanapun pasti kita akan selalu bertemu dengan seseorang yang tidak kita kenal.

          “Ya, ampun. Kamu kenapa lagi sih? Kenapa disaat kayak gini harus mogok? Oh God, please just sent your angel to help me” rengekku yang sudah putus asa.

Mengingat betapa derasnya hujan diluar sana, dan aku terjebak dengan si Leon yang mogok benar-benar membuatku ingin menangis. Dan ditambah lagi batre hpku mati yang memang sejak dikantor sudah low, dan betapa bodohnya aku tidak menchargenya terlebih dahulu.

Akhirnya kuputuskan untuk memeriksa si Leon.

         “Ah, kenapa aku tidak pernah mau belajar semua hal tentang mobil dengan Ayah? Sekarang giliran kesusahan dan nggak ada siapapun jadi repotkan” rengekku yang sudah hampir menangis. 

Memalukan memang di usiaku saat ini yang berumur 23 tahun aku masih bisa dengan mudahnya menangis di depan umum. Ahh, aku ingin rasanya memplester mataku ini agar tidak menangis di sembarang tempat.

Tiba-tiba ada mobil Pajero Sport yang menepi di depan Leon. Ada apa lagi? Apa mobil itu juga mogok? Batinku. Aku pun langsung geleng-geleng kepala dengan pemikiranku yang terkadang gila menurut para sahabatku.
Dan tak disangka si empunya mobil turun tanpa payung. Ternyata cowok yang masih memakai stelan jas kantorannya. Dan dia pun langsung menghampiriku yang sudah bermandikan air hujan, sangat basah kuyup.

          “Hei, mobilnya kenapa?” Tanya si cowok yang sudah berdiri di sampingku.

          “ Nggak tau, tiba-tiba Leon mogok” jawabku sambil menyeka air mataku yang sudah bercampur dengan air hujan.

          “Coba sini gue liat dulu ya” jawab si cowok dengan lembut yang membuat Narin merasa tenang dan menghentikan isakan tangisnya.

Setelah memeriksa secara keseluruhan mobilnya, ternyata hanya airnya yang habis. Narin sudah sangat khawatir kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Leonardonya.

          “Ah, ini nggak pa-pa. Cuma keabisan air doang mesinnya. Nggak usah panik dan nangis ya. Eh, rumah gue deket dari sini gimana kalo lo ganti baju dulu di rumah gue?” tawar si cowok yang belum aku kenal ini.

Duh, baik banget sih ini cowok. Jarang-jarang ada cowok baik di jaman sekarang. Dan cowok baik itu sekarang ada di depan ku berdiri di tengah hujan deras yang mengguyur kami berdua. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar